Apakah arti Penderitaan?
Penderitaan berasal dari kata dasar derita. Sementara itu kata derita
merupakan serapan dari bahasa sansekerta, menyerap kata
dhra yang memiliki arti
menahan
atau menanggung. Jadi dapat diartikan penderitaan merupakan
menanggung
sesuatu yang tidak meyenakan.
Penderitaaan dapat muncul secara
lahiriah, batiniah atau lahir-batin. Penderitaan secara lahiriah dapat timbul
karena adanya intensitas komposisi yang mengalami kekurangan atau berlebihan,
seperti akibat kekurangan pangan menjadi kelaparan, atau akibat makan terlalu
banyak menjadi kekenyangan, tidak dapat dipungkiri keduanya dapat menimbulkan penderitaan.
Ada pula penderitaan yang secara batiniah seperti sakit hati karena dihina,
sedih karena kerabat meninggal, putus asa karena tidak lulus ujian atau
penyesalan karena tidak melakukan yang diharapkan. Sementara yang lahir-batin
dapat muncul dikarenakan penderitaan pada sisi yang satu berdampak pada sisi
yang lain atau dengan kata lain penderitaan lahiriah memicu penderitaan
batiniah atau sebaliknya. Misal akibat kehujanan badan menjadi kedinginan namun
tidak ada tempat berteduh akibatnya mendongkol, risau atau menangis.
Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, dari yang terberat hingga
ringgan. Persepsi pada setiap orang juga berpengaruh menentukan intensitas penderitaan.
Suatu kejadian dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu dianggap
penderitaan bagi orang lain. Dalam artian suatu permasalahan sederhana yang
dibesar-besarkan akan menjadi penderitaan mendalam apabila disikapi secara
reaksioner oleh individu. Ada pula masalah yang sangat urgen disepelekan juga
dapat berakibat fatal dan menimbulkan kekacauan kemudian terjadi penderitaan.
Bagaimana penderitaan bisa terjadi?
Ada dua faktor yang bisa memunculkan
penderitaan
1. Penderitaan yang muncul karena
suatu penyakit/siksaan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau
siksaan / azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimism dapat merupakan
usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu. Banyak contoh kasus penderitaan
semacam ini dialami manusia. Beberapa kasus penderitaan dapat diungkapkan
berikut ini : Seorang anak lelaki buta sejak diahirkan, diasuh dengan tabah
oleh orang tuanya. Ia disekolahkan, kecerdasannya luar biasa. Walaupun ia tidak
dapat melihat dengan mata hatinya terang benderang. Karena kecerdasannya, ia
memperoleh pendidikan sampai di universitas dan akhirnya memperoleh gelar
doctor di Universitas Sourbone Perancis. Dia adalah Prof.Dr. Thaha Husen, guru
besar Universitas di Kairo, Mesir.
2. Penderitaan yang muncul karena
perbuatan buruk manusia
Menurut pandangan saya, penderitaan ini muncul disebabkan
hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya baik dengan antar sesama
manusia ataupun dengan alam. Penderitaan ini dapat muncul karena ketidak
harmonisan antara elemen satu dengan yang lainnya. contohnya pada hubungan dalam
bermasyarakat, ada kalanya didalam bermasyarakat terdapat perbedaan pendapat
yang dapat menimbulkan perselisihan diantara satu dengan yang lainnya, hal ini
bisa saja mengakibatkan timbulnya rasa dengki, marah, bahkan saling menuduh
atau menjelek-jelekan. dari sinilah penderitaan muncul karena perbuatan saling
tidak menyukai tersebut. dalam hal ini, penderitaan yang dialami adalah
penderitaan secara batin karena terdapat rasa sakit hati apabila ada seseorang
yang menjelek-jelekan bahkan rasa itu bisa saja semakin sakit apabila sudah
terjadi pertengkaran yang membuat hubungan didalam masyarakat sudah tidak ada
rasa nyaman dan aman. Selain karena ketidak harmonisan dengan sesama, ketidak
harmonisan dengan alam juga dapat membawa penderitaan
Contoh penderitaan akibat perbuatan
buruk manusia?
BANJIR!!!
Seperti yang kita ketahui saat ini
di Indonesia sedang mengalami musim hujan, otomastis pula Indonesia akan
mengalami bencana alam tahunan yaitu BANJIR. Sebagai ibu kota Negara pun,
Jakarta tidak luput dari bencana tahunan ini. Jakarta malah sudah terbiasa
dengan bencana yang tiap tahun menjadi “tamunya”.
Bila banjir mulai kembali menyapa Jakarta
atau kota-kota lainnya yang ada di Indonesia, masyarakat mulai sibuk
menyalahkan pemerintah dengan segala alasan, dari yang logis hingga yang
mengada-ada. Lalu bagaimana dengan pemerintah? Mereka tak kalah sibuknya
menyiapkan 1001 alasan untuk membantah tuduhan-tuduhan dari masyarakat.
Lalu apa yang sebenarnya menyebabkan
banjir?
Masyarakatnya yang memang tidak
perduli dengan lingkungan?
Atau memang pemerintah yang tidak menanggulanginya
dengan serius?
Berikut adalah faktor yang
menyebankan banjir:
1. Luapan Air Sungai
Sungai yang lebar dan kedalamannya tidak berubah, namun di sekitarnya terjadi
peningkatan jumlah penduduk yang sangat signifikan dapat menyebabkan
ketidakmampuan sungai untuk menampung secara keseluruhan air buangan, air hujan
dan sampah yang masuk ke dalamnya. Jika sudah penuh, maka air akan menggenangi
pinggiran sungai dan daerah rendah lainnya.
2. Pendangkalan Sungai, Kali, Selokan, Danau, Situ,
Dll
Jika orang-orang selalu membuang sampah di sungai atau terus-menerus terjadi
erosi tanah di sekitarnya, maka akan terjadi pendangkalan. Sungai, danau dan
selokan yang dangkal tidak akan mampu menampung air dalam jumlah besar sehingga
air akan meluap menggenangi sekitarnya dan daerah-daerah yang rendah.
3. Kegagalan Tanah Menyerap Air
Jika jumlah luas keseluruhan lahan terbuka hijau dan tanah kosong berkurang
drastis di suatu daerah akibat berbagai sebab, maka air hujan yang turun akan
langsung meluncur dengan cepat ke selokan, sungai dan akhirnya ke laut. Jika
air yang meluncur tersebut sangat banyak jumlahnya, maka otomatis tidak akan
tertampung di saluran air yang ada. Walhasil air yang tidak dapat ditampung
oleh saluaran pembuangan air akan tergenang bebas dan menyebabkan banjir.
4. Penggundulan Hutan
Hutan yang berisi berbagai macam pohon-pohon lebat nan rindang serta semak
belukar yang rimbun dengan lantai hutan yang penuh dengan kompos alami sampah
hutan dapat menyerap air hujan dalam jumlah besar. Jika hutan digunduli dan
dipersempit, maka air hujan akan meluncur ke sungai dan kemudian berakhir di
laut. Jika sungai tidak mampu menampung air dalam jumlah besar, maka akan
terjadi banjir di sekitar sungai dan daerah rendah yang ada di sekitarnya.
5. Hujan Deras Yang Lama
Jika hujan terjadi dengan intensitas yang tinggi dalam waktu yang panjang bisa
mengakibatkan suatu daerah yang tidak biasa banjir menjadi banjir jika tidak
sigap menghadapi kuantitas air yang tidak wajar di luar kebiasaan normalnya.
6. Saluran Air Mampet
Jika got, selokan, comberan, parit dan atau sebangsanya mampet karena sampah,
maka aliran air akan terhambat, dengan begitu air yang tidak bisa menembus
barikade sampah tersebut akan meluap dan menggenangi di sekitar saluran air
tersebut. Oleh sebab itu perlu kesadaran masyarakat yang tinggi untuk tidak
membuang sampah sembarangan di mana pun berada. Terkadang orang menganggap kali
sebagai tempat membuang sampah yang sah, sehingga saat sampah menyangkut dan
menghambat laju air, maka bisa mengakibatkan banjir.
7. Perubahan Sistem Drainase Pembuangan Air
Suatu daerah yang biasanya tidak banjir bisa saja menjadi daerah langganan
banjir baru jika daerah di sekitarnya melakukan sesuatu yang mengubah sistem
drainase yang sudah ada tanpa memperhatikan amdal (analisis mengenai dampak
lingkungan). Contohnya seperti peninggian masal suatu wilayah rendah untuk
komplek perumahan baru, menyempitkan saluran air yang ada untuk suatu
pembangunan, hilangnya daerah rawa-rawa untuk dijadikan mall, dan lain
sebagainya.
Dari ketujuh faktor diatas, sebenarnya kuncinya ada
di kesadaran masyarakat. Percuma pemerintah mengadakan pencegahan banjir,
membangun fasilitas super canggih untuk menganggulangi banjir tetapi
masyarakatnya masih masa bodo dengan lingkungannya, semuanya akan sia-sia saja.
Mulai dari hal yang sangat kecil, yaitu membuang sampah pada tempat yang tepat,
akan sangat membantu Indonesia atau khususnya Jakarta terhindar dari banjir. Jangan
hanya menyalahkan pemerintah, tapi kita juga harus instropeksi diri.
Lalu bagaimana kita harus menyikapi bencana?
1. memperbanyak istigfar
2. bersabar dan terus berdoa
3. instropeksi diri
4. lalu kita
maknai bahwa peristiwa ini semua adalah semata-mata ujian dari sang maha kuasa
atas seluruh alam semesta ini, dan ketika kita bisa
melaluinya maka Allah akan menaikkan derajat keimanan kita.
Bagaimana solusi menghindari
bencana dan penderitaan?
Bencana dan penderitaan merupakan
hal yang sering terjadi dan kadang-kadang datang dengan sendirinya sebagai
factor dari alam maupun dari manusia
Solusi dari permasalahan ini hanya
ada dalam diri manusia walau ada juga yang dikarenakan factor alam.namun kita
juga sebagai manusia harus sadar dan
berusaha berusaha mengtrospeksi diri seabab hal ini kebanyakan terjadi karena
ulah kita ,oleh kjarena itu,maka mulaliah menyayangi alam,ada banyak cara yang
sederhana yang kita bisa lakukan untuk mencegah terjadinya Bencana dan
Penderitaan ini,misalnya:
- Membuang
sampah pada tempatnya
- Memperbanyak
daerah resapan air
- Pemerintah
memberikan sanksi tegas kepada pelaku perusakan alam (penggundulan hutan)
Sikap saya mengenai bencana dan
penderitaan?
Saya sebagai mahasiswi sekaligus
warga Negara Indonesia sangat kecewa,sedih, marah dan prihatin akan hal ini. Walau
Bencana & Penderitaan sering terjadi dan membawa dampak negatif yang luar
biasa, kita tidak pernah berhenti membuat faktor penyebab bencana ini terjadi.
Padahal, hal itu akan menimbulkan Penderitaan kepada kita sendiri secara
terus-menurus dan berulang-ulang. Sampai kapankah kita bisa sadar dan merubah
diri kiaa menjadi lebih baik agar tidak terjadi lagi hal seperti ini?...
Saya sangat berharap dengan tulisan
saya ini, semua orang, termasuk saya bisa sadar dan membawa perubahan juga bagi
manusia lainnya. semuanya belum terlambat,masih ada banyak hal yang bisa kita
lakukan untuk membuat Negara kita tercinta terhindar dari bencana alam yang
bisa kitacegah dengan kesadaran kita.